Kita sangat mengenal seorang sufi besar, Bisyr bin al-Harits
al-Hafi (150–227 H). Awal mula ia bertobat dan memasuki dunia sufi, sebenarnya gara-gara secarik kertas yang tercecer dan diinjak banyak orang. Ia melihat kertas itu dengan hati yang sangat antusias. Sebab pada kertas itu ada tulisan Nama Allah. Lalu kertas itu ia ambil, bahkan kertas itu ia beli dengan harga satu dirham. Kemudian kertas itu ia bersihkan sampai bersih, lantas ia letakkan di celah-celah sebuah tembok.
Malamnya Bisyr al-Hafi bermimpi. Dalam mimpi itu ia mendengar suara yang berkata padanya, “Wahai Bisyr, engkau telah membersihkan nama-Ku, sungguh Aku bakal membersihkan namamu (tergolong orang yang baik-- red) di dunia dan di akhirat.”
Sejak mendengar kata-kata itu, Bisyr bertobat dan menjadi sufi, bahkan tergolong tokoh sufi yang disegani di dunia.
Zuhud gara-gara patung
Seorang sufi, Abu Ali Syaqiq al-Balkhi (W. 194 H) memiliki kisah unik, mengapa ia menjadi sufi dan akhirnya menjadi zahid (ahli zuhud)? Syaqiq semula anak saudagar kaya. Gara-gara Syaqiq sedang pergi ke Turki untuk berbisnis di sana, ia memasuki sebuah gedung peribadatan yang dipenuhi dengan berhala-berhala patung. Sejenak ia temui pelayan rumah itu, dengan memakai pakaian khasnya.
“Anda itu, sebenarnya punya Tuhan Yang Mencipta, Yang Maha Hidup, Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa, karena itu sembahlah Dia, dan jangan menyembah patung-patung itu yang tidak bisa membuat Anda sengsara maupun berguna bagi Anda.” Demikian Syaqiq menyarankan kepada pelayan rumah itu.
“Lho, jika memang seperti yang Anda katakan itu, pasti Tuhanmu itu Maha Kuasa memberi rizki anda di negeri anda sana. Lalu untuk apa anda payah-payah datang berbisnis kemari,” jawab pelayan itu.
Mendengar jawaban seperti itu Syaqiq jadi kaget. Maka, sejak saat itu ia putuskan untuk hidup dalam kezuhudan.
al-Hafi (150–227 H). Awal mula ia bertobat dan memasuki dunia sufi, sebenarnya gara-gara secarik kertas yang tercecer dan diinjak banyak orang. Ia melihat kertas itu dengan hati yang sangat antusias. Sebab pada kertas itu ada tulisan Nama Allah. Lalu kertas itu ia ambil, bahkan kertas itu ia beli dengan harga satu dirham. Kemudian kertas itu ia bersihkan sampai bersih, lantas ia letakkan di celah-celah sebuah tembok.
Malamnya Bisyr al-Hafi bermimpi. Dalam mimpi itu ia mendengar suara yang berkata padanya, “Wahai Bisyr, engkau telah membersihkan nama-Ku, sungguh Aku bakal membersihkan namamu (tergolong orang yang baik-- red) di dunia dan di akhirat.”
Sejak mendengar kata-kata itu, Bisyr bertobat dan menjadi sufi, bahkan tergolong tokoh sufi yang disegani di dunia.
Zuhud gara-gara patung
Seorang sufi, Abu Ali Syaqiq al-Balkhi (W. 194 H) memiliki kisah unik, mengapa ia menjadi sufi dan akhirnya menjadi zahid (ahli zuhud)? Syaqiq semula anak saudagar kaya. Gara-gara Syaqiq sedang pergi ke Turki untuk berbisnis di sana, ia memasuki sebuah gedung peribadatan yang dipenuhi dengan berhala-berhala patung. Sejenak ia temui pelayan rumah itu, dengan memakai pakaian khasnya.
“Anda itu, sebenarnya punya Tuhan Yang Mencipta, Yang Maha Hidup, Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa, karena itu sembahlah Dia, dan jangan menyembah patung-patung itu yang tidak bisa membuat Anda sengsara maupun berguna bagi Anda.” Demikian Syaqiq menyarankan kepada pelayan rumah itu.
“Lho, jika memang seperti yang Anda katakan itu, pasti Tuhanmu itu Maha Kuasa memberi rizki anda di negeri anda sana. Lalu untuk apa anda payah-payah datang berbisnis kemari,” jawab pelayan itu.
Mendengar jawaban seperti itu Syaqiq jadi kaget. Maka, sejak saat itu ia putuskan untuk hidup dalam kezuhudan.
Responses
0 Respones to "TOBAT GARA-GARA KERTAS"
Posting Komentar