1- Korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN).
Pertama
kita patut bersyukur dengan dibentuknya KPK. Kita mulai bisa melihat
dan merasakan adanya upaya serius dalam membongkar kasus-kasus korupsi,
kolusi yang selama ini terus ditutup-tutupi dan menghukum para pelakunya
yang umumnya adalah para pejabat pemerintah.
Berbuat
korupsi sama juga dengan membunuh bangsa. Negara manapun tidak akan
pernah sejahtera jika pejabat2nya telah terbiasa melakukan korupsi,
kolusi dan nepotisme. Pejabat2 korup di suatu negara bisa diibaratkan
seperti tumor ganas dalam tubuh manusia, kalau tumor itu tidak dibuang
maka selamanya hidup manusia itu akan terus meradang dan kesakitan.
2-Kebiasaan jilat menjilat dan beking membeking.
Saya
yakin kita semua sudah tahu, siapa yang dimaksud dengan penjilat. Bagi
mereka yang bekerja di perkantoran pasti sudah tidak asing lagi. Mereka
mengibaratkan penjilat adalah teman yang menikam dari belakang atau
musuh dalam selimut. Karena penjilat adalah orang yang mencari
keuntungan dengan mengorbankan teman sendiri.
Itulah
gambaran jilat menjilat di lingkungan perkantoran. Bagaima pula halnya
jilat menjilat di lingkungan bernegara? Pastilah penjilatnya berasal
dari oknum2 pejabat pemerintah dan penegak hukum, atau sebaliknya
merekalah yang menjadi objek penjilat. Kalau di lingkungan kantor yang
menjadi korban adalah pegawai biasa, namun di lingkungan negara yang
menjadi korban adalah rakyat dan negara itu sendiri. Kasus pelemahan KPK
dan skandal Bank Century salah satu contoh yang tidak lepas dari upaya
jilat menjilat antara oknum pejabat, penegak hukum dengan orang seperti
Anggoro/Anggodo atau sebaliknya, demi mendapatkan keuntungan pribadi dan
kelompok tertentu.
Di zaman
penjajahan Belanda kita menyebut penjilat2 itu sebagai Antek-antek
Belanda. Mungkin di zaman sekarang kita bisa menyebut mereka sebagai
Antek-antek penjajah atau sebagai bodyguardnya para koruptor. Sungguh
ironis nasib bangsa ini jika orang-orang seperti Anggoro, joko candra
dll bisa menjadi “BOS BESAR”nya para pejabat dan penegak hukum kita.
3-Meng-agung2kan segala hal yang berbau asing.
Salah
satu yang membuat ekonomi kita terus menerus terjajah di abad modern
ini adalah karena sikap kita yang terlalu mendewa-dewakan orang asing
dan segala yang berlabel asing, sehingga membuat kita tidak percaya diri
dan tidak bisa melepas diri ketergantungan kepada asing. Kita selalu
merasa takut ditinggal investor asing. Selalu mengukur kemajuan pada
banyaknya orang asing yang datang, banyaknya bangunan apartement mewah
yang menampung orang asing, dan banyaknya sewalayan-swalayan asing.
Inilah yang menyebabkan kita selalu ditakut-takuti dan didikte oleh
bangsa-bangsa lain? Padahal kita adalah bangsa besar. Rakyat kita adalah
pasar yang besar. Negara kita negara kaya raya. Kita punya gunung emas
di Irian. Kita punya pulau Natuna dan beribu pulau lain yang penuh
dengan kekayaan alamnya. Kita juga punya kekayaan gas dimana-mana. Kita
punya lautan luas yang termasuk salah satu terhebat di dunia. Kita punya
hutan dan tanah yang sangat subur yang bisa dibilang paling subur
didunia karena cukup matahari dan hujan, karena terletak di sepanjang
khatulistiwa. Kita juga punya tambang, minyak bumi, timah, batubara dll.
Intinya kita punya segala-galanya. Cuma satu yang tidak kita punya
yaitu Mental untuk merdeka, dan berdiri diatas kaki sendiri.
4. Kebiasaan berhutang dan membeli cara mengkredit.
Ternyata
kebiasaan ini tidak hanya membudaya pada level masyarakat biasa, namun
juga menjadi budaya di level elit dan para pemimpin negara.
Berhutang
membuat kita terikat dan tidak lagi bebas. Apalagi berhutang dengan
harus menandatangani sejumlah persyaratan2 sebagaimana yang pernah kita
lakukan dengan IMF yang ternyata lebih banyak mudhorat(kerugian) dari
pada manfaatnya.
5. Selalu ingin memperoleh sesuatu dengan cara Instan.
Bisa
dibilang orang-orang yang selalu memakai cara-cara instan dalam
mencapai tujuan atau mendapat apa yang diinginkan adalah orang-orang
pemalas karena tidak mau berkeringat, tidak kreatif karena tidak mau
berfikir, pengecut karena tidak berani menerima tantangan. Orang-orang
seperti ini tidaklah layak untuk memikul tugas dan menerima tanggung
jawab apapun. Mungkin saja sebagian besar dari masyarakat kita ini lebih
memilih cara-cara instan sehingga seperti inilah jadinya negara kita.
6. Berlaku sok jagoan yang siap menerima tantangan apapun.
Dalam
hal ini saya hanya berharap kepada pemimpin2 bangsa agar lebih membela
kepentingan rakyatnya sendiri, dan memproteksi seluruh kekayaan alam
kita dari kelicikan bangsa-bangsa lain yang ingin menjadikan negara ini
sebagai sapi perahan buat mereka.
Kita
tidak boleh sok jago dengan membuat negeri ini menjadi seperti las
vegas. Dan kita jangan berlagak seperti koboi yang menjunjung
sportifitas. Kita harus tahudiri, menyadari siapa diri kita. Kita tidak
boleh mengadu krisjon dengan mike tyson, Malaysia saja yang lebih makmur
dari kita bertindak memproteksi diri dengan mematok kurs dollar saat
krisis. Amerikapun negara super power sangat memproteksi negaranya
sendiri. Apalagi kita negara yg masih bau kencur, belum waktunya untuk
meliberalkan ekonomi, apalagi degan melakukan perdagangan bebas.
7. Mendahulukan keuntungan pribadi daripada kepentingan bangsa dan negara.
« Asal aku dapat keuntungan besar, apapun akan aku lakukan. Mau mereka jungkir balik kek mau mampus kek aku tidak peduli ».
Mungkin
begitulah kira2 pemikiran orang-orang yang tidak lagi mempedulikan
bangsa dan negaranya. Orang-orang seperti ini akan menempuh segala cara
untuk mendapat keuntungan pribadi. Mereka tidak lagi segan2 menipu dan
mengakali rakyatnya sendiri. Jika orang2 yang bermental seperti ini
berpolitik maka dia akan melakukan politik2 kotor seperti jual beli
suara, politik dagang sapi dll. Orang-orang seperti ini juga rela
merusak negara sendiri dan menjajah bangsa sendiri demi kekayaan
pribadi. Selama orang-orang bermental seperti ini masih bercokol di bumi
kita ini, maka selama itu pula kita akan melihat tindakan-tindakan dan
politik yang tidak bermoral, tidak peduli dan pengrusakan secara membabi
buta di segala sendi kehidupan berbangsa dan bernegara dan juga
kerusakan pada alam lingkungan yang menjadi sumber penghidupan.
8. Kalah dalam segala event & Tertinggal jauh dalam cara berfikir.
Sudah
menjadi tradisi bahwa kita selalu kalah dalam banyak hal, baik dalam
pertandingan, dalam berkarya bahkan dalam cara berfikir.
Kita
masih saja berfikir bagaimana menjual bahan baku, sedangkan
bangsa-bangsa lain sudah berfikir bagaimana mengelola dan mengeksport
produk.
Kita masih saja berfikir
bagaimana cara mengkadali dan mencari keuntungan dari bangsa dan rakyat
sendiri yang memang masih sangat lugu dan polos, sedangkan
bangsa-bangsa lain sudah berfikir bagaimana cara mengakali dan mencari
keuntungan dari Negara2 lain.
9. Tidak ber-sungguh2 dan serius dalam berkarya.
Tidak
bisa dipungkiri bahwa sebahagian besar produk-produk karya anak bangsa
kita kurang diminati dan kurang populer di Negara-negara lain, bahkan di
negeri sendiri sajapun masih belum mampu menjadi tuan rumah. Dalam hal
ini sepertinya saya lebih setuju dengan pendapat para teman-teman yang
mengatakan bahwa, kurang diminatinya produk2 hasil karya bangsa kita
sebab, dalam membuat produk apapun bangsa kita kurang serius dan kurang
ber-sungguh2 menekuni hasil karyanya.
10. Kebiasaan tidak disiplin dan melanggar hukum dan peraturan.
Sudah
banyak sekali contoh membuktikan bahwa orang2 yang berhasil sukses
adalah orang2 yang selalu mentaati disiplin dan peraturan. Baik itu
peraturan yang dibuat untuk diri sendiri atau peraturan Agama dan
peraturan Negara. Ingatlah satu negara bisa makmur bila rakyatnya
memiliki budaya berdisiplin yang tinggi. Lihat saja seperti Jepang,
Korea Singapore dll.
Sementara
di Indonesia sepertinya Tidak-berdisiplin dan melanggar hukum dan
peraturan sudah jadi budaya kita. Sepertinya peraturan sengaja dibuat
untuk dilanggar. Memang ada benarnya semboyan yang mengatakan “Bukan
peraturan namanya kalau tidak dilanggar” Tapi kalau terus menerus
melanggar peraturan itu namanya salah kaprah. Dari hal-hal kecil seperti
memungut pajak dari orang2 pedagang kaki lima, menerima uang dalam
kasus Tilang menilang, sampai hal-hal berskala besar.
Kalau
kita benar-benar mau melihat negara ini aman, nyaman indah, makmur, dan
sentosa, maka biasakanlah berdisiplin dan mentaati segala hukum dan
peraturan, baik itu peraturan yang dibuat negara ataupun peraturan
agama, termasuk juga peraturan yang menyangkut ketertiban umum,
pemukiman dan kelestarian alam lingkungan dll.
Responses
0 Respones to "Budaya dan Kebiasaan Buruk Orang Indonesia"
Posting Komentar