Pengapian sistem platina merupakan
pengapian konvensional. Terkadang karena tidak mau repot melakukan penyetelan,
alasan sparepart dan lain sebagainya, penggemar motor kuno
melakukan perombakan dari sistem pengapian platina menjadi sistem pengapian CDI
(capasitor Discharge Injection).
Ada beberapa tahapan yang harus
dilakukan :
1. Pahami tipe pengapian platina tersebut termasuk tipe
AC ataupun Tipe DC
2. Untuk sistem pengapian platina AC maka gunakan CDI AC,
begitu pula untuk mengapian DC, maka gunakan CDI DC, walaupun bisa ditukar
dalam hal aplikasinya dengan berbagai penyesuaian.
BEDA SISTEM PENGAPIAN AC DAN DC
Mengetahui
jenis pengapian sepeda motor sangat penting untuk melakukan perbaikan
kelistrikan maupun menerapkan berbagai aplikasi pendukung kelistrikan semisal
kunci rahasia, alarm dan pekerjaan penting lainnya. Selain itu, dengan
mengetahui seluk beluk pengapian sepeda motor akan lebih mudah melakukan
trouble shooting atau analisa kerusakan.
Kurangnya
pengetahuan tentang jenis pengapian bisa berakibat fatal terhadap proses
perbaikan, analisa kerusakan bahkan terhadap keselamatan kerja. Adapun untuk
pemasangan aplikasi yang lain semisal pemasangan kunci rahasia dan alarm justru
bisa merusak salah satu komponen system pengapian itu sendiri maupun komponen
yang akan di aplikasi. Untuk itu disini kami paparkan perbedaan signifikan
terkait jenis pengapian AC dan pengapian DC
Pengapian
AC
|
Pengapian
DC
|
Tidak
ada sekering pengapian
|
Ada
sekering pengapian
|
Suplay
arus didapat dari spull CDI
|
Suplay
arus didapat dari aki
|
Kabel
kunci kontak lebih dari 2 kabel
|
Kabel
kunci kontak kebanyakan 2 kabel
|
Contoh
kendaraan : grand, supra, tiger, prima, f1Z, RX King dll.
|
Contoh
kendaraan : shogun, thunder, megapro, supra 125 dll
|
3. Pastikan kriteria
tahanan spul yang masuk baik itu spul CDI (source coil), panjang trigger dan
tahanan pulser sesuai degan yang dibutuhkan oleh CDI yang akan diaplikasikan.
4. Pahami jarak
antara trigger dan pulser antara 0,5mm-0,6mm. jangan terlalu jauh atau nempel,
apabila terlalu jauh maka sinyal yang dihasilkan ke SCR (silicon control
rectifier) kurang signifikan, apabila terlalu dekat justru akan merusak
trigger maupun pulser karena bergesekan.
5. Triger bisa
dibuat sendiri dengan dilas atau menempelkan plat yang dipotong disesuaikan
dengan panjang bawaan kebutuhan CDI yang diaplikasikan. (pedoman pemasangan
lihat gambar)
6. Pahami saat terjadinya pengapian platina maupun CDI,
Pada platina terjadi saat platina membuka dan terjadi saat tanda F, saat
itulah busi memercikkan api, adapun pada CDI saat busi memercikkan api
terjadi saat ujung trigger bagian belakang bertemu dengan pulser dan terjadi
pada saat tanda F juga.( khusus yang ini masih bersifat perkiraan dan
pendekatan tapi bisa dijadikan acuan dan diakali dengan sistem pulser geser
untuk mendapatkan F yang tepat)
Sebelum mengaplikasikan hal-hal
diatas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1.
Pahami dulu
sistem kerja platina maupun CDI, nama dan fungsi masing masing komponen.
2. Ukur tahanan
Source coil (spul CDI) yang akan diaplikasikan misalkan pake CDI Honda grand,
source coi (spul CDI) harus sesuai standar grand dan spul lama yang masih
sistem platina disesuaikan dan dispul ulang sesuai standar spul CDI Honda
grand, bisa menggunakan kawat email ukuran 0,12-0,15 mm kalo belum bisa bawa ke
tukang spul saja tahu beres. Adapun pulser bisa langsung dipasang dengan
disesuaikan saat pengapian.
3. Membuat Trigger
bisa dilas atau memotong plat besi kemudian dilem besi di magnet atau dibuatkan
dudukan terlebih dahulu di as poros pembuka platina dan disesuaikan panjangnya
trigger pada motor sesuai CDI yang akan diaplikasikan. (pent: model
pemasangan platina ada yang dipasang di silinder head contoh CB 100 dan Honda
GL 100, ada juga model platina yang dipasang di blok magnet contoh: Honda super
cup, dan Honda 70, aplikasi trigger dan pulser juga disekitar situ)
4.
Ada alat agar
akurat penyetelan saat pengapianya yaitu dengan timing light,
tapi jika paham sistem kerja dan bisa kerja dengan presisi, tanpa alat itupun
bisa.
“Menjadi mekanik
spesialis kelistrikan”
1.
Kesalahan
modifikasi alternator untuk source coil pengisi CDI berakibat pada kinerja
source coil lampu penerangan dan source coil pengisian batere sehingga perlu
ketepatan pemotongan email dan penyambungan instalasinya.
2.
Beberapa jenis
CDI DC tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa batere.
3. Koil pengapian
untuk sistem pengapian CD memiliki spesifikasi yang berbeda dengan coil
pengapian untuk sistem platina. Meskipun pada praktiknya dapat digunakan tetapi
hasilnya akan lebih optimal jika koil pengapian merupakan bagian yang
diikutsertakan.
4.
CDI tanpa pulser
tidak cocok dipasang pada mesin empat tak, terlebih jika magnet flywheel
dengan enam keping. Hal ini akan menyebabkan detonasi dan pre
ignition.
5.
Jika saat
pengapian tidak tepat, geserlah nok atau dudukan pulser sejauh eror yang
terbaca
6.
Tendangan balik
pedal kick starter ketika ditekan menunjukkan saat pengapian terlalu awal.
7. Putaran mesin meletup-letup pada putaran tinggi atau
mesin mati saat throttle dibuka/aselerasi menunjukkan bahwa saat
pengapian yang terlalu mundur.
Dari pilihan CDI, ada tiga macam yang bisa
diaplikasi. Meniru milik Suzuki Tornado atau RGR150, Honda Supra X dan Suzuki
Shogun 110.
Pake CDI Suzuki Tornado
“Paling sederhana pakai CDI Suzuki Tornado
karena kabelnya cuma tiga dari sepul, massa dan koil,” buka Sutrisno, mekanik
Wenk Blozack di Jl. Moh Kahfi II/14, Jagakarsa, Jakarat Selatan.
Tentunya sepul pengapian perlu digulung ulang dengan kawat 0,15 mm. Meski
gampang dipasang dan murah (total belanja Rp 150 ribu) karena tanpa pulser, CDI
Tornado atau RGR kurang sip di kitiran atas. Doyan mbrebet, Bro! Atau kadang
bagus. Namun ada kasus kerap boros busi.
Rubah ke kelistrikan Honda Supra
Silakan jajal pasang CDI Supra X yang jago
dari rpm bawah hingga atas. Ada lima kabel dari soket, yaitu sepul, pulser,
massa, kontak dan koil. Tetap pakai magnet asli CB100 dan spul digulung ulang
kawat 0,15 mm. Syaratnya mekanik harus pasang pulser di sisi dalam crankcase
kiri.
Pilih pulser yang memang didesain buat
terendam oli. Seperti punya GL Pro Neo Tech, Tiger dan Shogun 110 biar awet.
Pasangan pulser adalah pick-up coil yang menempel di bilah kruk as sisi magnet.
Proses bikin tonjolan dengan las listrik lalu dibentuk gerinda, derajat pemicu
pulser bisa dibikin sesuai selera. Mau dibikin galak di rpm atas atau gampang
distarter, semua bisa.
Ubahan ini memakan biaya sekitar Rp 450 ribu. Kelemahannya justru di usia sepul
gulungan sendiri. Masa pakainya susah diprediksi.
Ambil Magnet Honda Tiger
Akibat susah menganut sistem Honda Grand,
mekanik berkreasi lagi dengan mencomot magnet berikut sepul komplet Honda
Tiger. Saat sepul putus, beli dan mesin hidup lagi. Nggak perlu repot, ke
tukang dinamo untuk gulung spul.
Wajib bikin dudukan sepul lagi agar bisa masuk ke bak magnet asli CB100 dan
bubut sisi dalam magnet biar nggak mentok crankcase. Alternatif lain magnet
plus sepul lengkap Astrea Grand juga bisa dijajal di mesin CB100.
Masih dengan jurus pulser di crankcase tapi kali ini spul pengapian asli CB100
sama sekali tidak diubah. Cukup comot CDI Shogun 110 jenis DC, konsekuensinya
harus pasang aki dan kiprok baru 12 volt. Api lumayan stabil tuh, belanja rada
lumayan, tembus di angka Rp 700 ribu.
Syarat utama magnet tidak boleh bergesekan sama sekali ke sepul, nyenggol dikit
mesin susah hidup. Kondisi kruk as harus balans nggakboleh oleng.
Comot punya GL Pro series
Kalau cara paling praktis justru comot
pengapian komplet GL-Pro keluaran 1986 hingga 1994 atau GL100 keluaran 1990 ke
atas. Dari magnet, pulser, bak magnet, sepul dan CDI gampang sekali masuk ke
mesin CB100.
Kendalanya spare part ini rada susah dilacak di toko onderdil atau bahakn
tukang loak. Alternatif lain comot komponen pengapian serupa versi KW-2 yang
cuma Rp 450 ribu. Tapi ambil pulser dan CDI asli Honda, namun bisa bengkak
sampai Rp 700 ribu
Pendekatan yang paling baik
adalah praktek dan praktek, karena praktek adalah seribu gambar dan seribu
kata, selamat mencoba.
Responses
0 Respones to "UBAH PENGAPIAN PLATINA CB 100 MENJADI CDI"
Posting Komentar